Pengaruh Species Udang Terhadap Rendemen yang Dihasilkan HeadLess dan Peeled Tain On
Effect of Species on Yield Produced on Head Less and Peeled Tain On Shrimp
Niken Trianjari1, SMK Negeri 1 Mundu Cirebon, Email: nikenanjani075 @gmail.com
Amiruddin 2 ,Teknik, Universitas Negeri Makassar, Email: amiruddin@unm.ac.id
Susi Ardiana3 ,Budidaya , SMK Negeri 7 Makassar, Email: ardianasusi66@gmail.com
Abstrak
Salah satu tahapan pengolahan udang adalah pemotongan kepala (deheading) yang berfungsi menghilangkan bagian cephalothorax. Cara potong kepala akan mempengaruhi rendemen udang head less yang dihasilkan, Selain udang bentuk head less ada produk udang kupas bentuk Peeled Tail On (PTO) yaitu bentuk udang kupas yang masih disisakan bagian batang ekor dan uropod (ekor kipas)nya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rendemen udang Head Less (HL) dan Peeled Tail On (PTO) yang diperoleh dari bahan baku udang Head On (HO) berbagai species udang. Beberapa specises udang berasal dari nelayan Cirebon yaitu udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Fenneropenaeus merguiensis) serta udang vaname (Litopenaeus vannamei). Hasil penelitian menunjukkan rendemen dari udang head on ke udang head less tertinggi dari species udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis) yaitu 74,2 %, sedangkan yang menghasilkan rendemen dari head on ke head less terendah adalah udang windu (Penaeus monodon) yaitu 67,6%. Species yang menghasilkan rendemen tertinggi dari udang head less ke udang peeled tail on adalah udang windu (Penaeus monodon) yaitu dengan nilai rata-rata 88,3 %, sedangkan rendemen terkecil dari species udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan nilai rata-rata 86 %.
Kata Kunci : Rendemen, head less, peeled tail on.
Abctract
One of the stages of shrimp processing is deheading which serves to remove the cephalothorax. The method of cutting off the head will affect the yield of head less shrimp produced. Apart from head less shrimp, there are peeled shrimp products in the form of Peeled Tail On (PTO), which is a form of peeled shrimp with the tail stem and uropod (fan tail) still remaining. The purpose of this study was to determine the yield of Head Less (HL) and Peeled Tail On (PTO) shrimp obtained from Head On (HO) shrimp of various species of shrimp. Several species of shrimp come from Cirebon fishermen, namely tiger shrimp (Penaeus monodon), white shrimp (Fenneropenaeus merguiensis) and white shrimp (Litopenaeus vannamei). The results showed that the highest yield from head on to head less shrimp was from the jerbung shrimp species (Fenneropenaeus merguiensis) which was 74.2%, while the lowest yield from head on to head less was tiger shrimp (Penaeus monodon) which was 67.6%. . The species that produced the highest yield from head less shrimp to peeled tail on shrimp was tiger prawn (Penaeus monodon) with an average value of 88.3%, while the smallest yield was obtained from vaname shrimp (Litopenaeus vannamei) with an average value of 86 %.
Key word : Yield, head less, peeled tail on
PENDAHULUAN
Produksi Olahan Eksport Hasil Perikanan merupakan mata pelajaran dari program keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan. Produksi Olahan Eksport Hasil Perikanan mempelajari berbagaia macam komoditas eksport unggulan perikanan, salah satunya adalah pengolahan crustacea yang meliputi udang dan rajungan. Pengolahan udang meliputi penerimaan bahan baku, proses produksi, pengemasan, penerapan sanitasi dan hygiene, serta penerapan Hazard Analysisi Critical Control Point (HACCP).
Bahan baku udang segar biasanya berupa udang utuh atau dikenal dengan istilah Head On (HO). Pada saat penerimaan bahan baku udang harus diketahui size udang Head On (HO). Hal ini bertujuan untuk menentukan berapa ukuran udang head on yang berhubungan dengan harga udang dari supplier (pemasok). Tahapan berikutnya dilakukan potong kepala (deheading) yaitu tahap untuk pemisahan bagian chepalothorax dengan bagian abdomen. Chepalothorax atau kepala ini merupakan sumber kontaminasi bakteri sehingga harus segera dibuang. Setelah dilakukan potong kepala (deheading) udang Head On (HO) berubah menjadi udang Head Less (HL) yaitu udang tanpa kepala.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam tahapan potong kepala (deheading) yaitu menjaga rantai dingin harus di bawah 5◦C, penerapan sanitasi dan hygine agar tidak terjadi kontaminasi silang serta melakukan cara potong kepala yang benar. Menurut Heriyanti (2013) mengatakan bahwa pemotongan kepala dengan cara pegang udang dalam keadaan memanjang tekuk sampai patah bagian bawah kepala hingga lepas. Potong kepala yang benar akan menghasilkan hunging meat (neck meat) atau daging yang menggantung pada leher sesuai standart. Standart hunging meat adalah bila hunging meat diluruskan ke depan sama dengan panjang kaki renang (swimmeret) yang paling depan atau bila hunging meat itu ditarik ke atas sama dengan setengah tinggi badan.
Cara potong kepala ini akan mempengaruhi rendeman udang head less yang dihasilkan, sehingga akan berpengaruh terhadap size atau ukuran udang head less serta total produksi udang yang dihasilkan. Hal ini sangat penting karena agar dalam berproduksi menghasilkan keuntungan sesuai dengan yang kita harapkan. Selain cara potong kepala rendeman udang head less juga dipengaruhi oleh species udang. Berbagai species udang yang berbeda akan menghasilkan rendemen berbeda – beda.
Selain udang bentuk head less ada produk udang kupas dengan bentuk Peeled Tail On (PTO) yaitu bentuk udang kupas yang masih disisakan bagian batang ekor dan uropod (ekor kipas)nya. Produk udang PTO sangat banyak diminati , selain udang tersebut sudah dikupas, bentuk udang ini lebih menarik yaitu bagian batang ekor dan uropod tidak dikupas digunakan sebagai pegangan pada saat udang dimakan. Syarat utama untuk membuat produk udang Peeled Tail On (PTO) adalah bahan baku udang tidak boleh moulting agar kulit batang ekor dan uropod masih melekat kuat.
Beberapa spesies udang, salah satu jenis udang laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei) karena banyak dimanfaatkan untuk keperluan eksport, usaha lokal (restoran) maupun konsumsi skala rumah tangga (Setha, Rumata, Silaban, 2019). Menurut Mulya, M (2012) bahwa udang putih karakteristik habitat ekosistem mangrove. Ismaini (2018) mengatakan bahwa udang jerbung atau dikenal dengan white shrimp (Fenneropenaeus merguiensis) mempunyai ciri-ciri kulit tipis dan licin, warna putih kekuningan dengan bintik hijau dan noda yang berwarna kuning kemerahan. Udang Windu (Penaeus monodon) mempunyai ciri khas warna loreng-loreng besar melintang berwarna hijau kebiru-biruan, jika hidup di alam liar memiliki warna agak kehitaman dengan kulit relatif keras dan tebal.
Penelitian ini akan mencoba untuk melakukan pemotongan kepala dan pengupasan dari berbagai species udang, baik udang tambak maupun udang laut yang sering dihasilkan oleh nelayan Cirebon seperti udang jerbung dikenal dengan udang putih, udang windu atau black tiger, dan udang vaname. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rendemen udang Head Less (HL) dan Peeled Tail On (PTO) yang diperoleh dari berbagai species udang. Hal ini bisa digunakan sebagai standarat sekaligus strategi dalam berproduksi udang agar menghasilkan rendemen yang tinggi sehingga hasil produksi bisa lebih menguntungkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan September 2021 sampai dengan Desember 2021 yang dilakukan di Laboratorium Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan, SMK Negeri 1 Mundu Cirebon, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui metode eksperiment serta telaah dokumen.
Bahan
Pengambilan beberapa species udang sebagai sample pada penelitian ini berasal dari nelayan tambak dan hasil tangkap nelayan pesisir utara Cirebon. Beberapa species udang yang digunakan yaitu udang windu atau dikenal dengan nama pasaran internasional black tiger (Penaeus monodon), udang putih atau dikenal dengan udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis) serta udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Alat
Peralatan yang digunakan cukup sederhana yaitu baskom plastik, timbangan digital, keranjang plastik, alat cukit stainless dan mangkok plastik.
Prosedur
Bahan baku udang dibeli dari pedagang di pasar tradisional berasal dari hasil tangkapan nelayan di laut serta hasil panen nelayan di tambak pesisir utara Cirebon. Pelaksaaan penelitian dilakukan di laboratorium program studi Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan, SMKN Negeri 1 Mundu Cirebon, Jawa Barat. Bahan baku berupa udang head on (udang yang masih ada kepala) dilakukan penimbangan setiap ekornya, kemudian dilakukan pemotongan kepala (deheading) sehingga menjadi udang udang head less (tanpa kepala) dan dilakukan penimbangan setiap ekor udang. Udang head less dikupas ke-5 ruasnya dan disisakan bagian batang ekor dan uropodnya sehingga berbentuk Peeled Tail On (PTO).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Bahan baku udang windu (Penaeus monodon) berupa head on dilakukan pemotongan kepala menjadi head less dan dilakukan penimbangan satu per satu. Udang head less selanjutnya dilakukan pengupasan menjadi peeled tail on yaitu udang di kupas ke-5 ruasnya dan disisakan bagian batang ekor dan ekor kipas (uropod). Hasil dari pemotongan kepala dan pengupasan ditunjukkan pada Tabel 1.
Berat udang Head On (gram) | Berat udang Head Less (gram) | Berat udang Peeled Tail On (gram) |
21 | 14 | 13 |
28 | 19 | 17 |
21 | 15 | 13 |
21 | 14 | 12 |
16 | 11 | 9 |
27 | 18 | 16 |
22 | 15 | 13 |
30 | 21 | 19 |
19 | 13 | 12 |
18 | 12 | 11 |
Tabel 1. Berat Head On (HO) , berat Head Less (HL) dan berat Peeled Tail On udang windu (Penaeus monodon)
Bahan baku udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis) berupa head on dilakukan pemotongan kepala menjadi head less dan dilakukan penimbangan satu per satu. Udang head less selanjutnya dilakukan pengupasan menjadi peeled tail on yaitu udang di kupas ke-5 ruasnya dan disisakan bagian batang ekor dan ekor kipas (uropod). Hasil dari pemotongan kepala dan pengupasan ditunjukkan pada Tabel 2.
Berat udang Head On (gram) | Berat udang Head Less (gram) | Berat udang Peeled Tail On (gram) |
12 | 9 | 8 |
13 | 9 | 8 |
11 | 8 | 7 |
10 | 8 | 7 |
11 | 8 | 7 |
12 | 9 | 8 |
9 | 7 | 6 |
8 | 6 | 5 |
10 | 7 | 6 |
9 | 7 | 6 |
Tabel 2. Berat Head On (HO), berat Heal Less (HL) dan Peeled Tail On (PTO) udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis).
Bahan baku udang vaname (Litopenaeus vannamei) berupa head on dilakukan pemotongan kepala menjadi head less dan dilakukan penimbangan satu per satu. Udang
head less selanjutnya dilakukan pengupasan menjadi peeled tail on yaitu udang di kupas ke-5 ruasnya dan disisakan bagian batang ekor dan ekor kipas (uropod). Hasil dari pemotongan kepala dan pengupasan ditunjukkan pada Tabel 3.
Berat udang Head On (gram) | Berat udang Head Less (gram) | Berat udang Peeled Tail On (gram) |
13 | 9 | 8 |
23 | 16 | 14 |
40 | 27 | 24 |
13 | 9 | 8 |
29 | 20 | 18 |
7 | 5 | 4 |
8 | 6 | 5 |
23 | 16 | 14 |
45 | 31 | 27 |
9 | 6 | 5 |
Tabel 3. Berat Head On (HO), Heal Less (HL) dan Peeled Tail On (PTO) udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Analisis Data
Dari hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui prosentase rendemen dari bahan baku head on yang dilakukan pemotongan menjadi head less dengan perhitungan :
Rendemen HO ke HL =
Berat udang head less x 100 %
Berat udang head on
Analisis data dilanjutkan untuk menghitung rendemen dari udang head less yang dilakukan pengupasan kulit menjadi peeled tail on dengan perhitungan sebagai berikut :
Rendemen HL ke PTO =
Berat udang PTO x 100 %
Berat udang head less
Prosentase rendemen yang diperoleh dari udang head on ke udang head less dari bahan baku udang windu (Penaeus monodon) berkisar antara 66 – 71 % dengan nilai rata-rata rendemen 67,6 %. Prosentase rendemen yang dihasilkan dari udang head less ke udang peeled tail on berkisar antara 81 – 92 % dengan nilai rata-rata rendemen 88,3 %. Analisis data yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 4.
HO | HL | Rendemen (%) | PTO | Rendemen (%) |
21 | 14 | 66 | 13 | 92 |
28 | 19 | 67 | 17 | 89 |
21 21 | 14 15 | 66 71 | 12 13 | 86 87 |
16 | 11 | 68 | 9 | 81 |
27 | 18 | 66 | 16 | 89 |
22 | 15 | 68 | 13 | 86 |
30 | 21 | 70 | 19 | 90 |
19 | 13 | 68 | 12 | 92 |
18 | 12 | 66 | 11 | 91 |
Rata-rata | 67,6 | 88,3 |
Tabel 4. Rendemen heal less dan peeled tail on udang windu (Penaeus monodon)
Prosentase rendemen yang diperoleh dari udang head on ke udang head less pada bahan baku udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis) berkisar antara 69 – 80 % dengan nilai rata-rata rendemen 74,2 %. Prosentase rendemen yang dihasilkan dari udang head less ke udang peeled tail on berkisarberkisar antara 83 – 89 % dengan nilai rata- rata rendemen 86,9 %. Analisis data yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 5.
HO HL | Rendemen (%) | PTO | Rendemen (%) | ||||||
12 | 9 | 75 | 8 | 88 | |||||
13 | 9 | 69 | 8 | 88 | |||||
11 | 8 | 72 | 7 | 87 | |||||
10 | 8 | 80 | 7 | 88 | |||||
11 | 8 | 72 | 7 | 88 | |||||
12 | 9 | 75 | 8 | 89 | |||||
9 | 7 | 77 | 6 | 86 | |||||
8 | 6 | 75 | 5 | 83 | |||||
10 | 7 | 70 | 6 | 86 | |||||
9 | 7 | 77 | 6 | 86 | |||||
Rata-rata | 74,2 | 86,9 | |||||||
Tabel 5. Rendemen heal less dan peeled tail on udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis).
Prosentase rendemen yang diperoleh dari udang head on ke udang head less dari bahan baku udang vaname (Litopenaeus vannamei) berkisar antara 67 – 71 % dengan nilai rata-rata rendemen 69,6 %. Prosentase rendemen yang dihasilkan dari udang head less ke udang peeled tail on berkisar antara 83 – 90 % dengan nilai rata-rata rendemen 86 %. Analisis data yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 6.
HO | HL | Rendemen (%) | PTO | Rendemen (%) |
13 | 9 | 69 | 8 | 89 |
23 | 16 | 69 | 14 | 88 |
40 | 27 | 69 | 23 | 85 |
13 | 9 | 69 | 8 | 89 |
29 | 20 | 69 | 18 | 90 |
7 | 5 | 71 | 4 | 80 |
8 | 6 | 75 | 5 | 83 |
23 | 16 | 69 | 13 | 88 |
45 | 31 | 69 | 26 | 84 |
9 | 6 | 67 | 5 | 83 |
Rata-rata | 69,6 | 86 |
Tabel 6. Rendemen head less dan peeled tail on udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Pembahasan
Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa species udang yang menghasilkan rendemen tertinggi dari bahan baku head on yang dilakukan pemotongan kepala menjadi head less adalah speciesudang jerbung atau dikena[Nur Rahma1] l dengan white shrimp (Fenneropenaeus merguiensis) dengan nilai rata – rata 74,2 %. Sedangkan udang windu atau black tiger (Penaeus monodon) menghasilkan rendemen paling kecil yaitu dengan nilai rata – rata 67,6 %. Udang windu memiliki tubuh terdiri dari tiga bagian yaitu kepala dan dada (cephalothorax) serta perut (abdomen). Pada bagian kepala terdiri dari antenna, antenulla, mandibular dan dua pasang maxillae. Kepala dilengkapi dengan 3 pasang maxiliped dan 5 pasang kaki jalan (periopoda). Bagian dada terdiri dari 13 ruas , yaitu 5 ruas kepala dan 8 ruas dada. Bagian perut terdiri dari 6 ruas dan terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson yang berfungsi sebagai alat pengemudi. Udang windu (P[Nur Rahma2] enaeus monodon) menghasilkan rendemen paling kecil diantara 3 species udang, kemungkinan bagian cephalothorax (kepala dan dada) udang windu lebih besar dibandingkan bagiaan cephalothorax pada udang jerbung dan udang vaname. Kemungkinan lain yang menyebabkan rendahnya rendemen udang windu adalah tingkat kesukaran dalam melakukan potong kepala. Kepala udang windu lebih keras dan melekat sangat kuat dengan bagian badan (abdomen). Hal ini memungkinkan masih ada daging yang tertinggal pada kepala atau terbuang saat pemotongan kepala sehingga menghasilkan rendemen yang kecil.
Rendemen yang dihasilkan dari udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan nilai rata – rata 69,6 %. Dari analisis data tersebut kemungkinan udang jerbung mempunyai bagian chepalothorax (bagian dada dan kepala) paling kecil diantara ke-3 species sehingga menghasilkan rendemen dari head on ke head less paling tinggi, hal ini disebabkan pada tahapan potong kepala, bagian tubuh yang dihilangkan adalah bagian cephalotorax. Pada proses produksi udang, apabila produk akhir (finish produk) yang dihasilkan adalah bentuk head less agar menghasilkan rendemen yang besar, sebaiknya menggunakan bahan baku dari species udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis) yaitu 74,2 %.
Hasil nilai rendemen ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh kesegaran bahan baku, ukuran udang serta teknik atau car[Nur Rahma3] a potong kepala. Semakin tinggi tingkat kesegaran udang rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena kepala udang segar masih melekat kuat pada tubuh udang bila dibandingkan udang sudah mengalami kemunduran mutu. Pada penelitian ini ke 3 udang yaitu udang windu, udang jerbung dan udang vanamei memilki tingkat kesegaran yang hampir sama.
Pada penelitian ini, udang windu mempunyai ukuran yang lebih besar yaitu sekitar 18 sampai 30 gram setiap ekornya, sedangkan udang jerbung mempunyai ukuran lebih kecil yaitu 9 sampai 13 gram setiap ekornya. Semakin kecil ukuran udang semakin mudah untuk dilakukan pemotongan kepala sehingga tidak banyak sisa daging yang terbuang atau tertinggal di bagian kepala.
Menurut Hardiana (2015) pemotongan kepala harus dengan hati-hati agar tidak banyak daging yang terbuang. Dalam penelitian ini pelaksanaan potong kepala dilakukan tanpa alat bantu. Menurut Tasbih, Lukman, Musnandar (2017) bahwa pemotongan kepala udang yang dilakukan industri pengolahan udang menggunakan alat khusus yaitu kuku buatan yang terbuat dari stainless steel sehingga mempermudah dalam pemotongan kepala terutama apabila udang masih sangat segar. Karena udang yang sangat segar antara cephalotorax dengan abdomen masih terhubung kuat.
Species yang menghasilkan rendemen dari udang head less dilakukan pengupasan kulit menjadi peeled tail on adalah udang windu (Penaeus monodon) yaitu dengan nilai rata-rata 88,3 %. Rendemen yang dihasilkan oleh udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis) dengan nilai rata-rata 86,9 %, sedangkan rendemen terkecil didapatkan dari species udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan nilai rata-rata 86 %. Sebenarnya perbedaan rendemen yang dihasilkan dari udang jerbung dan udang vaname hampir sama. Hal ini kemungkinan disebabkan bagian kulit udang windu mempunyai bagian lebih kecil dibandingkan dengan bagian kulit udang jerbung dan udang vanamei, sedangkan bagian kulit udang jerbung hampir sama dengan bagian kulit udang vaname. Limbah udang yang terdiri kepala, kulit, kaki dan ekor berkisar antara 35- 50% dari berat tubuhnya (Swastawati et al, 2008). Pada proses produksi yang menggunakan bahan baku berupa udang head less dan produk akhirnya dalam bentuk peeled tail on sebaiknya menggunakan udang dengan bahan baku udang windu (Penaeus monodon) karena menghasilkan rendemen tertinggi yaitu 88,3 %.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang mempunyai rendemen dari udang head on ke udang head less tertinggi dari species udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensi[Nur Rahma4] s) yaitu 74,2 %, sedangkan yang menghasilkan rendemen dari head on ke head less terendah adalah udang windu (Penaeus monodon) yaitu 67,6%. Species yang menghasilkan rendemen dari udang head less ke udang peeled tail on tertinggi adalah udang windu (Penaeus monodon) yaitu dengan nilai rata-rata 88,3 %, sedangkan rendemen terkecil didapatkan dari species udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan nilai rata-rata 86 %.
DAFTAR PUSTAKA
Agrotek. Udang Windu : Klasifikasi, Morfologi, dan Harga https://agrotek.id/hewan/udang-windu/.
Ismaini. (2018). Morfologi, Siklus Hidup Serta Epidemiologi Crustacea (Udang).Akademi Analisis Kesehatan. Borneo Lestari. BanjarBaru
Hardiana. (2015). Proses Pembekuan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Head Less (HL). Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Heriyanti. (2013). Proses Pengolahan Udang putih (Litopenaeus Vannamei) Cook Beku di PT. Bogatama Marinusa Makassar.
Hilda. (2020). Ciri Khas Jenis Udang Peci dan Cara Budidaya. Pengetahuan. https://hazelwhorley.com/ciri-khas-jenis-udang-peci-dan-cara-budidaya/
Sampul Pertanian. (2017). Klasifikasi dan Morfologi Udang windu (Penaeus monodon). https://www.sampulpertanian.com/2017/12/klasifikasi-dan-morfologi-udang-windu.html
Setha, Rumata, Silaban. (2019). Karakteristik Kitosan dari Kulit Udang Vaname dengan Menggunakan Suhu dan Waktu yang Berbeda dalam Proses Deasetilasi. Available online : Jurnal.ipb. ac.id/index.php/jphpi JPHPI 2019, Volume 22 Nomor 3.
Swastawati F, Wijayanti I, Susanto E. 2008. Pemanfaatan limbah kulit udang menjadi edible coating untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisaksi, 4(4) : 101 – 106.
Tasbih, Lukman, Musnandar. (2017). Proses Pengolahan Udang Beku (Frozen Shrimp) Peeled And Deveined (PD) dengan Mentode Pembekuan Individually Quick Frozen (IQF) pada PT. Dua Putra Utama Makmur Tbk Pati Jawa Tengah. Program Study Teknologi Hasil Perikanan Universitas Jambi.
Wayan Kantun. (2011). Biologi Reproduksi Udang Putih (Penaeus merguiensis DE MAN, 1888) di Perairan Papalang, Kabupaten mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Jurnal Balik Diwa 2 (1). http://www.stitek-balikdiwa.ac.id/images/jbd_v2n1_5.pdf.
[Nur Rahma1]perlu pembahasan lebih lanjut mengapa species udang jerebung memiliki rendemen tertinggi
[Nur Rahma2]selain komponen tersebut, apakah ada faktor lain yang mempengaruhi rendahnya rendemen udang windu
[Nur Rahma3]perlu pembahasan tentang kesegaran bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini , bgmn pengaruhnya terhadap rendemen pada 3 species tsb
[Nur Rahma4]saran : format kesimpulan dengan point simpulan
Tinggalkan Komentar